Proses pembelajaran sejatinya menurut penulis merupakan sarana bertukar pendapat berinteraksi antara guru dan peserta didik, saling mengasihi, berbagi dan berkolaborasi sehingga menimbulkan kelas yang nyaman, aman, dan menyenangkan bagi guru dan peserta didik.
Sebelum memahami kurikulum merdeka, Penulis
menyadari disaat pembelajaran di kelas masih
menyamaratakan kemampuan peserta didik dalam memahami suatu materi, masih
berfokus pada penguasaan pengetahuan kognitif yang lebih mementingkan hafalan
materi dan hasil tanpa melihat prosesnya dengan demikian proses berpikir
peserta didik masih dalam level mengingat, memahami dan aplikasi. Penulis juga
jarang menggunakan media pembelajaran dan mengajak siswa keluar atau belajar di
luar kelas untuk melakukan praktikum pengamatan dan pengukuran. Dampaknya,
suasana pembelajaran di kelas kaku dan anak-anak terlihat tidak ceria. Penulis
juga melakukan dialog dengan peserta didik saat di kelas bahwa peserta didik
menyampaikan mereka tidak suka dengan
pembelajaran yang selalu menggunakan metode ceramah, peserta didik menginginkan
pembelajaran yang menyenangkan dan tidak menegangkan serta tidak suka banyak
penugasan (Pekerjaan Rumah) setiap mata pelajaran. Sebagian peserta didik mengaku
jenuh dan terbebani dengan tugas-tugas yang bersifat teoritis hanya menyalin
dari buku teks. Dari permasalahan tersebut penulis merefleksikan apa ini juga
penyebab peserta didik tidak suka dengan pelajaran matematika, karena pelajaran
matematika itu dianggap sulit dan cara pembelajarannya tidak sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
Semenjak diluncurkannya kurikulum merdeka membuat
penulis merasa penasaran dengan kurikulum merdeka sehingga penulis banyak
belajar dan mencari referensi berkaitan dengan kurikulum merdeka. Pada tahun
ini di sekolah tempat penulis bertugas baru menerapkan Implementasi Kurikulum
Merdeka, dengan memahami apa yang telah dipelajari mengenai kurikulum merdeka
terlebih khusus berkaitan langsung dengan guru adalah tentang pembelajarannya
yaitu pembelajaran berdiferensiasi.
Setelah memahami pembelajaran berdiferensiasi
penulis mencoba menerapkan pembelajaran-pembelajaran yang memfasilitasi
kebutuhan peserta didik dengan mencoba pembelajaran yang menyenangkan di setiap
pertemuannya, karena penulis meyakini berawal dari pembelajaran yang
menyenangkan dapat mengubah mindset peserta didik tentang pembelajaran
matematika yang sulit menjadi mudah dan mengasyikkan. Dalam praktik baik ini
penulis mencoba membuat pembelajaran yang menyenangkan dengan melakukan
kombinasi pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas dengan berbagai lokasi
yang disinggahi untuk menuju ke lokasi terakhir, ide ini terinspirasi dari ‘warahan’.
“Warahan adalah sastra tutur yang disampaikan oleh
satu orang yang awalnya tidak disertai musik. Dalam perkembangannya warahan
diiringi alat musik tradisional yang disebut gambus lunik. Warahan berasal dari
wakha yang dalam bahasa Lampung berarti cerita atau berita”. warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=334 (diakses pada 14
september 2023.
Warahan yang menginspirasi dari praktik baik ini
adalah cerita tentang Sultan Domas, dimana Sultan Domas mendapat mimpi untuk
berpindah tempat menuju tempat yang lebih baik dengan berbagai rintangan yang
ditemui dalam setiap perjalanannya untuk mencapai suatu keberhasilan. Alur
cerita tersebut penulis terapkan dalam model pembelajaran Discovery Learning
yang dikolaborasikan dengan metode pembelajaran Games Based Learning.
Selain
itu penulis juga mengkombinasikan pembelajaran dengan memberikan contoh
kontekstual yaitu kain tapis, dimana kain tapis merupakan kain tradisional
masyarakat lampung, kemudian ragam kain tapis ini untuk dijadikan sebagai bahan
tayang untuk diberikan suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang
dekat dengan masyarakat lampung dan dikaitkan dengan materi barisan aritmatika.
Maka dari itu penulis
mencoba melakukan perubahan mengajar, penulis awali dengan memberikan tes
diagnosis awal yaitu gaya belajar peserta didik pada awal masuk sekolah dengan
hasil menunjukkan gaya belajar peserta didik sebagai berikut: Auditori 5 orang,
Visual 17 orang, Kinestetik 3 orang, Visual Auditori 3 orang, Audio Kinestetik 2
orang, dan Visual Auditori Kinestetik 2 orang. Kemudian penulis juga melakukan
tes kognitif kemampuan awal peserta
didik di awal sebelum masuk ke materi baru dengan hasil 9 siswa dengan
deskripsi pemahaman utuh, 16 siswa dengan deskripsi pemahaman sebagian dan 9
siswa dengan deskripsi tidak paham. Dari hasil tersebut penulis memiliki
gambaran dengan keadaan peserta didik di kelas tersebut.
Praktik baik ini dilakukan di kelas X Merdeka 7 Semester 1 SMAN 1 Katibung. Praktik baik ini berjudul JourneyMatics: Strategi “TaPIs – WaRaHAn” dalam mewujudkan Pembelajaran Berdiferensiasi. TaPIs - WaRaHAn kependekan dari peTa Petualangan Inspiratif Wawasan Ragam Hasil analisis barisAn aritmatika.Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
Pra Pembelajaran
Sebelum pelaksanaan
praktik pembelajaran penulis terlebih dahulu memberikan angket gaya belajar
peserta didik di kelas pada awal pertemuan atau awal masuk sekolah, angket ini
disebar dengan menggunakan link google
form, kenapa menggunakan google form? Iya, di era serba digital ini
teknologi sangat mendukung dalam pembelajaran selain itu kita juga dapat
menghemat kertas dan anggaran kemudian menggunakan google form juga dapat mempermudah pengumpulan dan pengolahan
informasi yang telah diberikan oleh peserta didik. Kemudian untuk mengetahui
kemampuan awal penulis memberikan tes kognitif kemampuan awal peserta didik
dengan menggunakan quizizz.
Pendahuluan
Mengucapkan salam
Saat akan memulai pembelajaran guru dan peserta didik mengucapkan salam.
Menanyakan kabar dan mengecek kehadiran peserta didik
Menanyakan kesiapan peserta didik
Guru membuat pertanyaan pemandu untuk mengetahui keadaan dan kesiapan
peserta didik sebelum pembelajaran berlanjut dengan menggunakan padlet.
Ice Breaking
Pada saat pembelajaran guru melakukan ice breaking untuk
menghilangkan rasa kejenuhan, kebosanan, dan mengantuk. Hal ini juga upaya
untuk salah satu tindak lanjut kesiapan belajar peserta didik.
Apersepsi
Sebelum melanjutkan pembelajaran guru melakukan apersepsi terlebih dahulu
dengan menanyakan materi sebelumnya kepada peserta didik yang ada kaitannya
dengan materi yang akan dipelajari.
Tujuan
Pembelajaran
Dalam tahap ini guru menyampaikan empat tujuan pembelajaran yang akan
dicapai oleh peserta didik.
Motivasi
Guru memotivasi peserta didik dengan cara memberikan keyakinan kepada
peserta didik jika mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik maka akan mudah
memahami materi pelajaran.
Pemahaman Bermakna,
dan Pertanyaan Pemantik
Guru memberikan pemahaman
bermakna kepada peserta didik yaitu bahwa materi tersebut dapat diaplikasikan
dalam dunia pekerjaan, usaha, dan dalam kehidupan sehari-hari yang lainnya.
Lalu, guru memberikan pertanyaan pemantik agar peserta didik antusias dan
sedikit paham bahwa pembelajaran yang akan dipelajari.
Alur pembelajaran
Guru menjelaskan alur kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan secara
bersama-sama.
Kegiatan Inti
Model Pembelajaran Discovery Learning memiliki sintaks sebagai
berikut:
1.
Stimulation
(stimulasi/pemberian rangsangan)
Peserta didik diberi
bahan tayang berupa macam-macam bentuk motif Tapis Lampung. Kemudian guru memberikan
pertanyaan pemandu untuk menemukan jenis tapis yang motifnya dapat dikaitkan
dengan materi barisan aritmatika. Kemudian guru juga memberikan contoh nyata
tapis dalam bentuk topi/peci khas lampung. Agar timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri. pada tahap ini juga guru memberikan sebuah permasalahan
untuk menstimulus peserta didik.
2.
Problem
statement (pertanyaan/identifikasi masalah)
Pada tahap ini guru memberikan sebuah pertanyaan
dari suatu permasalahan yang disajikan nantinya akan dipecahkan oleh peserta
didik. Dalam hal ini pertanyaan berkaitan dengan ragam pola tapis yang diambil
salah satu contohnya, kemudian guru memberikan pertanyaan berkaitan dengan
permasalahan tersebut. Peserta didik memberikan pendapat jawaban yang nantinya
akan dibuktikan dari serangkaian kegiatan berikutnya.
3.
Data
collection (pengumpulan data)
Peserta didik
diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, mengamati
objek, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
Pada tahap ini
kegiatan pengumpulan data dikolaborasikan dengan metode games based learning
seperti berpetualangan yaitu langkah-langkahnya, pertama peserta didik dibagi menjadi
lima kelompok berdasarkan hasil tes kognitif kemampuan awal. Setiap kelompok
diberi satu kertas tebak kata lokasi pada awal petualangan, kemudian jika sudah
mendapatkan jawaban kelompok tersebut menuju lokasi yang dimaksud dan menemukan
scan barcode yang harus di scan, Kelompok 1 (di depan lab.komputer), Kelompok 2
dan 3 (di depan mushola), kelompok 4 dan 5 (di depan perpustakaan). Pada lokasi
ini kelompok menscan barcode berisi video pembelajaran yang menjelaskan materi
barisan aritmatika,video pembelajaran tersebut dibuat sendiri oleh penulis, lalu peserta didik mengerjakan LKPD berkaitan
dengan video pembelajaran tersebut. Setelah peserta didik selesai mengerjakan
LKPD di lokasi 1, kemudian peserta didik menscan barcode kembali yang tersedia
di bagian akhir LKPD untuk lokasi 1 guna menuju lokasi ke dua, di lokasi kedua
ini semua kelompok berkumpul menjadi satu lokasi, lokasi kedua ini yaitu di
depan lab. komputer, di lokasi ini peserta didik melakukan praktik menemukan
konsep barisan aritmatika dengan cara menyusun sedotan/pipet dengan dipandu
LKPD yang disediakan oleh guru. Setelah kegiatan di lokasi 2 selesai, kelompok
menscan barcode kembali untuk menuju lokasi ke 3, lokasi yang ketiga yaitu di
dalam lab. komputer, di lokasi ini kelompok melakukan praktikum menggunakan
aplikasi geogebra yang telah terinstal di komputer lab. komputer sekolah.
Setelah selesai praktikum di lab.komputer semua peserta didik kembali ke kelas
sebagai lokasi ke 4 untuk melanjutkan kegiatan.
4. Data processing (pengolahan data)
Pada tahap ini peserta didik mengolah informasi yang didapat pada tahap sebelumnya, yaitu pada setiap lokasi peserta didik mengumpulkan data kemudian peserta didik mengolahnya dengan cara berdiskusi kelompok sedangkan guru melakukan bimbingan pada saat peserta didik melakukan pengolahn data. Pada tahap ini juga guru memberikan bimbingan untuk kelompok yang membutuhkan bimbingan guru sebagai salah berdiferensiasi proses.
5. Verification (pembuktian)
Pada tahap ini peserta didik melakukan presentasi dan membandingkan hasil diskusi antar kelompok untuk memverifikasi penyelesaian masalah di awal.
6.
Generalization
(menarik kesimpulan)
Pada tahap ini guru dengan memperhatikan hasil verifikasi kemudian peserta didik menyimpulkan dibantu
dengan guru tentang materi pada pembelajaran yang telah dipelajari. Pada tahap
ini juga guru dan peserta didik bersama-sama menyamakan persepsi sehingga
mendapatkan kesimpulan yang sesuai.
Penutup
Pada tahap ini
sebelum ditutup guru memberikan asesmen formatif yaitu dengan menggunakan
quizizz mode kertas, dengan mode kertas ini peserta didik hanya menggunakan
kertas barcode saja tidak menggunakan ponsel dan kuota, untuk menghindari
keluhan peserta didik tentang ponsel dan kuota karena dari awal pembelajaran
peserta didik menggunakan ponsel dan kuota, dengan asesmen formatif dengan
model ini peserta tidak terasa tegang sehingga menimbulkan rasa yang
menyenangkan, setelah kuis pemahaman selesai guru dan peserta didik sama-sama
merefleksikan pembelajaran yang telah dilalui, setelah selesai ditutup dengan
salam.
Refleksi, Evaluasi, dan Tindak lanjut
Setelah
melaksanakan praktik baik pembelajaran berdiferensiasi dengan judul JourneyMatics: Strategi “TaPIs – WaRaHAn” dalam
mewujudkan Pembelajaran Berdiferensiasi, ada beberapa hal yang menjadi catatan:
- pembelajaran yang
tadinya hanya berpusat pada guru menjadi berpusat pada peserta didik
- peserta didik
terlihat senang setelah pembelajaran karena pembelajaran tidak hanya satu
strategi saja, tetapi memfasilitasi semua peserta didik dengan gaya belajarnya
masing-masing. Kemudian pembelajaran dilakukan di dalam dan di luar kelas.
- saat kegiatan menggunakan
aplikasi geogebra di lab komputer peserta didik masih ada yang kesulitan
mengoperasikan komputer karena untuk belajar tentang TIK masih kurang saat di tingkat
bawah.
- merasa tertantang
untuk melakukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran di setiap pertemuannya.
- berbagi dan
berkolaborasi dengan teman sejawat dan guru-guru lainnya.